KOMPASTV - Pada 1755 sampai 1830, diksi emansipasi belum dikenal di nusantara. Namun, Nyi Ageng Serang dia sudah menjadi seorang pejuang perempuan yang maju melawan Belanda dalam Perang Jawa atau Perang Diponegoro yang berlangsung pada 1825 sampai 1830. Perang besar yang hampir membuat Belanda bangkrut. Nyi Ageng Serang adalah seorang perempuan, Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Serang, Purwodadi, Jawa Tengah. Nama aslinya Raden Ajeng Kustiah Wulaningsih Retno Edi. Dia adalah nenek dari Tokoh Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara.
Nyi Ageng Serang adalah satu-satunya perempuan yang bertugas sebagai salah satu panglima Perang Jawa. Awal perang terjadi, Nyi Ageng Serang berusia 73 tahun. Penuaan tak menyurutkannya, dia tetap di garis depan perjuangan. Dia bahkan menjadi penasehat dan juru siasat dalam Perang Jawa. Dia memimpin pasukan di sektor utara Jawa. Manuver pasukan Nyi Ageng Serang bak debut angin topan. Tangkas, cepat, dan menghancurkan. Tak heran pertahanan pasukan Belanda dapat dihancurkan dengan mudah. Karena itulah Perempuan Panglima Perang di sektor utara Jawa ini berjuluk "lonjong mimis" dan "diraja meta", yang berarti bagai dentuman peluru.
Salah satu strategi perangnya yang paling terkenal darinya adalah siasat "godhong lumbu" . Taktik menggunakan daun talas hijau untuk mengamuflase. Meskipun merupakan putri bangsawan, ia dikenal dekat dengan rakyat. Setelah dewasa, dia tampil sebagai salah satu panglima perang untuk melawan penjajah. Yang paling menonjol dari Nyi Ageng Serang adalah kemahirannya dalam peperangan. Nyi Ageng Serang mengikuti pelatihan militer dan tergabung menjadi Prajurit Estri, besutan Ratu Ageng Tegalrejo.
#DokumenterKompasTV #PerempuanPerempuanNusantara #Indonesia #PerempuanIndonesia #PerangDiponegoro #NyiAgengSerang #Jawa #KulonProgo
Artikel ini bisa dilihat di : https://www.kompas.tv/video/472778/nyi-ageng-serang-angin-topan-perang-jawa-perempuan-perempuan-nusantara